Kebudayaan Benua Eropa
Mari Mengenal Negara Jerman Lebih Dalam Lagi..
Kehidupan budaya di Jerman mempunyai banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di se¬latan. 630 museum seni rupa dengan koleksi serbaneka yang bertaraf tinggi menurut ukuran internasional membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 94.000 judul buku baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Sukses baru juga tercatat oleh produksi film – tidak hanya di bioskop Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia.
Kebudayaan dalam Dunia Musik – Spektrum Gaya yang Penuh Hidup
Nama baik Jerman sebagai negara musik yang penting tetap terkait dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival – dari Festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musik¬tage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat
80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main, Stuttgart dan Leipzig. Orkes Fil¬harmoni Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap sebagai yang terbaik di antara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok “Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer dengan mementaskan sekitar 70 karya baru per tahun, di antaranya 20 pagelaran perdana. Di samping dirigen yang dikenal di dunia internasional seperti Kurt Masur atau Christoph Eschenbach ada pemimpin orkes yang menonjol di generasi lebih muda, yaitu Ingo Metzmacher dan Christian Thielemann. Penyanyi dan pemain instrumen yang tergolong paling baik di dunia adalah Waltraud Meier, soprano, Thomas Quasthoff, bariton, dan pemain klarinet Sabine Meyer. Pemain biola Anne-Sophie Mutter tampil di muka publik yang sangat besar dan yang tidak selalu menikmati musik klasik saja. Violinis inilah yang menjadi bintang Jerman di dunia musik.
Sejak pertengahan abad ke-20, perkembangan musik kontemporer di dunia ikut ditentukan oleh pelopor-pelopor musik elektronis seperti Karlheinz Stockhausen († 2007) dan antipodenya yang mempertahankan tradisi, komponis opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer memadukan beberapa gaya: Heiner Goebbels menghubungkan musik dengan teater, Helmut Lachenmann menelusuri kemungkinan ekspresi instrumen sampai ke batas ekstrem. Wolfgang Rihm menunjukkan kemungkinan perkembangan ke arah musik yang lebih mudah dipahami.
Di sisi lain spektrum musik ada penyanyi pop Herbert Grönemeyer yang tahu semangat zaman dan suasana hati peng¬gemarnya. Sejak bertahun-tahun diraihnya sukses dengan lagu-lagu berbahasa Jerman. Grup musik punkrock “Die Toten Hosen”, formasi heavy metal “Rammstein” dan grup remaja “Tokio Hotel” juga tergolong kategori superstar Jerman. Selama beberapa tahun terakhir ini, seniman seperti penyanyi Xavier Naidoo (“Söhne Mannheims”) berhasil dengan mengacu pada gaya soul dan rap Amerika Serikat. Khususnya sebagai pembawa jenis musik ini ditemukan banyak pemusik muda yang berasal dari keluarga migran dan yang berhasil menjadi bintang, di antaranya Laith Al-Deen, Bushido, Cassandra Steen dan Adel Tawil. Sukses grup musik “Wir sind Helden” dari Berlin akhir-akhir ini menimbulkan gelombang pendirian grup musik Jerman muda. Pendirian “Akademi Pop” di Mannheim memperlihatkan kemauan politik untuk meningkatkan daya saing musik pop Jerman.
Dalam hal klub musik pun Jerman dapat membang¬gakan banyak lokasi tenar, terutama di kota besar seperti Berlin, Köln, Frankfurt am Main, Stuttgart dan Mannheim. De¬ngan adanya tren disko pada tahun 1970-an, rap/hiphop tahun 1980-an dan gaya techno tahun 1990-an, para DJ beremansipasi menjadi seniman nada dan produsen. Melalui teknik scratching, sampling, remix dan pemakaian komputer, piringan hitam berubah menjadi bahan baku untuk metamusik yang dapat diubah sesuka hati. Dua mahabintang klub musik pun datang dari Jerman, yaitu Sven Väth yang dijuluki “Godfather of Techno” dan Paul van Dyk.
Kebudayaan dalam Dunia Perfilman – Kisah Sukses dalam Gambar
Menjelang pergantian milenium muncul karya ceria yang membangkitkan dunia perfilman Jerman: “Lola rennt” (Lola Berlari, 1998) karya Tom Tykwer. Film komedi eksperimental mengenai Lola, si gadis berambut merah, mengenai nasib, cinta dan hal- hal kebetulan mencerminkan perasaan hidup di akhir tahun sembilan puluhan. Perjuangan Lola yang nekad berlari melin¬tasi Berlin dengan melawan waktu diartikan di seluruh dunia sebagai kiasan ketergesaan zaman kita. Dengan “Lola rennt”, sutradara Tom Tykwer mendobrak pintu ke dunia perfilman internasional. Fase kemajuan untuk film Jerman dimulai. Untuk pertama kali sejak era apa yang disebut “film pencipta” dan masa berkaryanya tokoh Rainer Werner Fassbinder († 1982), pengamat di luar negeri kembali memperhatikan film Jerman yang meraih sukses internasional. Pada tahun 2002, Caroline Link menerima Hadiah Oscar untuk “Nirgendwo in Afrika”, trofi yang sama diraih 2007 oleh Florian Henckel von Donnersmarck untuk film perdananya “Das Leben der Anderen”. Festival Film Cannes pada tahun yang sama memberikan hadiah untuk skenario terbaik serta hadiah istimewa kepada Fatih Akin untuk film “Auf der anderen Seite”.
Pada awal milenium baru, sineas Jerman meraih sukses yang tak tersangka dengan film jenis komedi – seperti “Die fetten Jahre sind vorbei” (2004) karya Hans Weingartner. Sebaliknya, perhatian menjelang akhir dasawarsa pertama difokuskan pada film yang berbobot. Namun tema-tema tidak berubah. Film jenis tragikomedi “Good Bye, Lenin!” (2003) diputar dengan sukses di 70 negara lebih, sebab diperlihatkannya juga kegagalan sosialisme. Film karya Donnersmarck “Das Leben der Anderen” (2007) bertemakan kehidupan warga Jerman Timur di bekas RDJ di bawah pengawasan dinas rahasia Stasi.
Dengan nada berat yang mencekamkan, Fatih Akin, warga Hamburg bernenek moyang Turki, menggambarkan kehidupan di Jerman. Dalam drama “Gegen die Wand” (2004) yang antara lain meraih hadiah Goldener Bär pada Festival Film Berlin, Akin memaparkan kisah cinta dua insan Jerman-Turki dan keterombang-ambingan mereka antara dua kebudayaan. Presisi cerita film itu berkesan menyakitkan, tetapi tidak ce¬ngeng. Pada tahun 2007, dalam drama “Auf der anderen Seite” (Di Seberang), digambarkannya kisah enam orang di Jerman dan di Turki yang nasibnya saling bertautan. Juri Hadiah Film Jerman memberi empat penghargaan sekaligus untuk karya itu. Dengan “Soul Kitchen” (2009), Akin mengungkapkan apresiasinya untuk kota Hamburg, kali ini dalam bentuk komedi.
Film-film Jerman berhasil, karena ceritanya yang bersifat nasional dan penggarapan sinematografis dari cerita itu mem¬bahas tema universal. Namun materi yang diolah oleh para pembuat film, mereka angkat dari perkembangan dan perubahan di negara sendiri dan di jalan hidup masing-masing.
Kebudayaan dalam Dunia Seni Rupa – Tempat untuk Gagasan Baru
Sejak tahun 1990-an, seni lukis dan fotografi dari Jerman meraih sukses besar di dunia internasional. Apa yang disebut “keajaiban lukisan baru Jerman” dikenal di luar negeri sebagai “Young German Artists”. Para seniman berasal dari Leipzig, Berlin atau Dresden. Neo Rauch adalah wakil paling tenar dari “Mazhab Leipzig Baru”. Gaya mazhab tersebut ditandai oleh realisme baru yang berkembang – bebas ideologi – dari “Mazhab Leipzig” lama, yang termasuk lingkup seni rupa bekas RDJ. Lukisannya sering memperlihatkan orang-orang pucat yang seolah-olah menunggu sesuatu yang tak tentu. Motif itu dapat ditafsirkan sebagai pantulan keadaan di Jerman pada awal milenium baru. Apa yang disebut “Dresden Pop”, di antaranya Thomas Scheibitz, memetik unsur dari iklan dan dari estetika video dan televisi sambil bermain dengan estetika swakaji mengenai sini dan kini. Kebanyakan seniman generasi menengah menganggap pembahasan kritis mengenai nasionalsosialisme, seperti yang ditemukan dalam kar¬ya Hans Haacke, Anselm Kiefer dan Joseph Beuys, sebagai urusan masa lampau. Sebaliknya yang tampak di kalang¬an perupa ialah “kebatinan baru” serta penggarapan bidang-bidang pengalaman yang saling berbenturan: Karya-karya Jonathan Meese dan André Butzer mencerminkan depresi dan fenomena-fenomena obsesi; kedua perupa itu dianggap sebagai wakil “realisme neurotik”. Dengan karyanya “Mental Maps”, Franz Ackermann menggambarkan dunia sebagai desa global dan memperlihatkan musibah yang berlangsung di balik layar. Tino Sehgal menghasil¬kan karya seni yang eksistensinya terbatas pada waktu “performance”-nya dan yang tidak boleh direkam; ia mencari bentuk produksi dan bentuk komunikasi di luar batas ekonomi pasaran.
Besarnya perhatian kepada seni rupa di Jerman tercermin pula dalam pameran documenta yang diseleng¬garakan lima tahun sekali di Kassel sebagai pameran seni rupa aktual yang terkemuka di dunia; documenta 13 akan dibuka pada tanggal 9 Juni 2012. Berbeda dengan seni rupa – yang arti pentingnya digarisbawahi oleh pendirian sejumlah museum swasta baru – seni fotografi harus berjuang lama sampai diakui sebagai bentuk seni yang mandiri. Sebagai pelopor pada tahun 1970-an dikenal Katharina Sieverding dengan rangkaian potret dirinya yang menelusuri batas antara individu dan masyarakat. Terobosan terjadi pada tahun 1990-an dengan sukses yang diraih tiga murid dari Bernd dan Hilla Becher, pasangan suami istri fotografer: Dalam karya foto mereka, Thomas Struth, Andreas Gursky dan Thomas Ruff menimbulkan realitas mengilap yang me¬nyembunyikan sesuatu. Pengaruh kelompok ini terhadap corak fotografi internasional begitu besar sehingga mereka dinamakan “Struffsky” saja.
Dengan adanya internet, perbatasan antara berbagai jenis media, antara komunikasi yang melembaga dan yang informal, tidak tegas lagi. Hal itu berarti juga kaburnya perbatasan antara komunikasi individual dan komunikasi massa, artinya antara komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan komunikasi yang ditujukan kepada semua orang. Pada waktu yang sama hasil karya wartawan profesional disertai dengan sumber awam – termasuk di media cetak: ada tulisan “reporter pembaca”, foto yang diambil dengan kamera digital atau ponsel yang ada di mana-mana, dan karangan opini dari pengguna internet yang berminat. Dilihat dari sudut itu, jurnalisme kontemporer bersifat terpadu dan interaktif dalam berbagai segi.
Memang produk-produk pers dan media penyiaran tradisional yang diolah secara profesional, biarpun berbentuk baru, tetap memegang peranan sentral pada isi media. Akan tetapi semakin banyak orang, terutama generasi muda, menganggap web sosial alias “community” lebih dapat dipercaya dan lebih atraktif. Di antara media web yang paling sukses termasuk jejaring-jejaring komunitas berbahasa Jerman Facebook, MySpace, StudiVZ dan SchülerVZ. Bersama dengan blog dan platform mikroblogging seperti Twitter, jejaring tersebut membentuk khalayak ramai digital yang tumbuh dengan pesat dan yang semakin berperan aktif dalam pembentukan pendapat umum.
Keanekaragaman media massa masih tetap tercermin dalam badan-badan penyiaran radio dan televisi tradisional. Awal mulanya pada tahun 1920-an (radio) dan 1950-an (televisi) sebagai programa yang disiarkan oleh badan publik. Mulai akhir tahun 1980-an spektrum itu diperluas dengan berkembangnya sistem ganda yang mencakup badan penyiaran publik dan badan pe¬nyiaran swasta. Sekarang terjadi persaingan antara kurang lebih 430 badan penyiaran radio yang umumnya bersifat lokal atau regional.
Televisi di Jerman dapat dibedakan menurut wilayah jangkauan, supraregional atau regional, dan menurut jenis tayangan, programa lengkap atau programa spesifik. Bila dibandingkan dengan pertelevisian di Eropa dan di bagian dunia lain, Jerman memiliki beberapa di antara badan penyiaran terbesar, baik yang publik, dibiayai oleh iuran, (ARD dan ZDF) maupun televisi swasta yang gratis (RTL, SAT.1, ProSieben) serta teve swasta langganan, sky. Programa-programa lengkap menayangkan seluruh rangkaian isi dari genre yang ada, dari siaran berita, film, serial dan show hingga olahraga. Programa spesifik dibedakan menurut saluran berita (n-tv, N24), musik (VIVA, MTV) dan olahraga (DSF). Tergantung dari modus teknik (terestris, satelit, kabel, pita lebar, mobil) dan dari jenis sinyal (analog atau digital), pemirsa dapat menerima sampai ratusan programa berbahasa Jerman dan siaran internasional, seperti CNN, BBC atau TV5, di samping itu lebih dari 20 siaran nasional dari badan penyiaran publik. Programa televisi tersebut mencakup kedua saluran nasional utama, ARD dan ZDF, serta sejumlah programa yang diproduksi secara regional, tetapi disiarkan di seluruh Jerman, seperti WDR, MDR dan BR. Di samping itu ada televisi khusus, seperti saluran dokumentasi Phoenix, atau kanal KIKA khusus untuk anak-anak. Pilihan siaran itu diperluas lagi dengan adanya tiga badan penyiaran internasional, yaitu Deutsche Welle (DW-TV), stasiun Jerman yang melayani pemirsa di luar negeri, saluran Jerman-Perancis arte, dan saluran budaya Jerman-Austria-Swis 3sat.
Di samping tugas menjamin pelayanan informasi pokok serta spesifikasi acara siaran yang ditentukan oleh undang-undang, badan penyiaran publik mempunyai kewajiban penting lain, yaitu memelihara ketaktergantungan di bidang politik dan ekonomi. Kegiatan badan penyiaran tersebut dalam menyertai programa dengan tayangan di internet cukup menarik juga. Namun di sini selalu dapat timbul konflik dengan televisi swasta yang khawatir akan adanya persaingan tak seimbang, kalau pengaruh “badan bersubsidi” di pasaran menjadi terlalu kuat. Tekanan bagi badan penyiaran publik bertambah lagi oleh ke¬nyataan bahwa jumlah orang muda yang menonton acaranya terus menyusut. Biarpun sikap pengguna dipengaruhi, untuk sebagian secara kuat, oleh internet dan komunikasi mobil: Rang¬kaian media tradisional di Jerman masih tetap tergolong yang paling beraneka ragam dan kaya akan faset. Bebas dan pluralistis, menjaga mutu dan menghibur, berorientasi nasional dan internasional.
Mari Mengenal Negara Jerman Lebih Dalam Lagi..
Kehidupan budaya di Jerman mempunyai banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di se¬latan. 630 museum seni rupa dengan koleksi serbaneka yang bertaraf tinggi menurut ukuran internasional membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 94.000 judul buku baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Sukses baru juga tercatat oleh produksi film – tidak hanya di bioskop Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia.
Kebudayaan dalam Dunia Musik – Spektrum Gaya yang Penuh Hidup
Nama baik Jerman sebagai negara musik yang penting tetap terkait dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival – dari Festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musik¬tage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat
80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main, Stuttgart dan Leipzig. Orkes Fil¬harmoni Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap sebagai yang terbaik di antara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok “Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer dengan mementaskan sekitar 70 karya baru per tahun, di antaranya 20 pagelaran perdana. Di samping dirigen yang dikenal di dunia internasional seperti Kurt Masur atau Christoph Eschenbach ada pemimpin orkes yang menonjol di generasi lebih muda, yaitu Ingo Metzmacher dan Christian Thielemann. Penyanyi dan pemain instrumen yang tergolong paling baik di dunia adalah Waltraud Meier, soprano, Thomas Quasthoff, bariton, dan pemain klarinet Sabine Meyer. Pemain biola Anne-Sophie Mutter tampil di muka publik yang sangat besar dan yang tidak selalu menikmati musik klasik saja. Violinis inilah yang menjadi bintang Jerman di dunia musik.
Sejak pertengahan abad ke-20, perkembangan musik kontemporer di dunia ikut ditentukan oleh pelopor-pelopor musik elektronis seperti Karlheinz Stockhausen († 2007) dan antipodenya yang mempertahankan tradisi, komponis opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer memadukan beberapa gaya: Heiner Goebbels menghubungkan musik dengan teater, Helmut Lachenmann menelusuri kemungkinan ekspresi instrumen sampai ke batas ekstrem. Wolfgang Rihm menunjukkan kemungkinan perkembangan ke arah musik yang lebih mudah dipahami.
Di sisi lain spektrum musik ada penyanyi pop Herbert Grönemeyer yang tahu semangat zaman dan suasana hati peng¬gemarnya. Sejak bertahun-tahun diraihnya sukses dengan lagu-lagu berbahasa Jerman. Grup musik punkrock “Die Toten Hosen”, formasi heavy metal “Rammstein” dan grup remaja “Tokio Hotel” juga tergolong kategori superstar Jerman. Selama beberapa tahun terakhir ini, seniman seperti penyanyi Xavier Naidoo (“Söhne Mannheims”) berhasil dengan mengacu pada gaya soul dan rap Amerika Serikat. Khususnya sebagai pembawa jenis musik ini ditemukan banyak pemusik muda yang berasal dari keluarga migran dan yang berhasil menjadi bintang, di antaranya Laith Al-Deen, Bushido, Cassandra Steen dan Adel Tawil. Sukses grup musik “Wir sind Helden” dari Berlin akhir-akhir ini menimbulkan gelombang pendirian grup musik Jerman muda. Pendirian “Akademi Pop” di Mannheim memperlihatkan kemauan politik untuk meningkatkan daya saing musik pop Jerman.
Dalam hal klub musik pun Jerman dapat membang¬gakan banyak lokasi tenar, terutama di kota besar seperti Berlin, Köln, Frankfurt am Main, Stuttgart dan Mannheim. De¬ngan adanya tren disko pada tahun 1970-an, rap/hiphop tahun 1980-an dan gaya techno tahun 1990-an, para DJ beremansipasi menjadi seniman nada dan produsen. Melalui teknik scratching, sampling, remix dan pemakaian komputer, piringan hitam berubah menjadi bahan baku untuk metamusik yang dapat diubah sesuka hati. Dua mahabintang klub musik pun datang dari Jerman, yaitu Sven Väth yang dijuluki “Godfather of Techno” dan Paul van Dyk.
Kebudayaan dalam Dunia Perfilman – Kisah Sukses dalam Gambar
Menjelang pergantian milenium muncul karya ceria yang membangkitkan dunia perfilman Jerman: “Lola rennt” (Lola Berlari, 1998) karya Tom Tykwer. Film komedi eksperimental mengenai Lola, si gadis berambut merah, mengenai nasib, cinta dan hal- hal kebetulan mencerminkan perasaan hidup di akhir tahun sembilan puluhan. Perjuangan Lola yang nekad berlari melin¬tasi Berlin dengan melawan waktu diartikan di seluruh dunia sebagai kiasan ketergesaan zaman kita. Dengan “Lola rennt”, sutradara Tom Tykwer mendobrak pintu ke dunia perfilman internasional. Fase kemajuan untuk film Jerman dimulai. Untuk pertama kali sejak era apa yang disebut “film pencipta” dan masa berkaryanya tokoh Rainer Werner Fassbinder († 1982), pengamat di luar negeri kembali memperhatikan film Jerman yang meraih sukses internasional. Pada tahun 2002, Caroline Link menerima Hadiah Oscar untuk “Nirgendwo in Afrika”, trofi yang sama diraih 2007 oleh Florian Henckel von Donnersmarck untuk film perdananya “Das Leben der Anderen”. Festival Film Cannes pada tahun yang sama memberikan hadiah untuk skenario terbaik serta hadiah istimewa kepada Fatih Akin untuk film “Auf der anderen Seite”.
Pada awal milenium baru, sineas Jerman meraih sukses yang tak tersangka dengan film jenis komedi – seperti “Die fetten Jahre sind vorbei” (2004) karya Hans Weingartner. Sebaliknya, perhatian menjelang akhir dasawarsa pertama difokuskan pada film yang berbobot. Namun tema-tema tidak berubah. Film jenis tragikomedi “Good Bye, Lenin!” (2003) diputar dengan sukses di 70 negara lebih, sebab diperlihatkannya juga kegagalan sosialisme. Film karya Donnersmarck “Das Leben der Anderen” (2007) bertemakan kehidupan warga Jerman Timur di bekas RDJ di bawah pengawasan dinas rahasia Stasi.
Dengan nada berat yang mencekamkan, Fatih Akin, warga Hamburg bernenek moyang Turki, menggambarkan kehidupan di Jerman. Dalam drama “Gegen die Wand” (2004) yang antara lain meraih hadiah Goldener Bär pada Festival Film Berlin, Akin memaparkan kisah cinta dua insan Jerman-Turki dan keterombang-ambingan mereka antara dua kebudayaan. Presisi cerita film itu berkesan menyakitkan, tetapi tidak ce¬ngeng. Pada tahun 2007, dalam drama “Auf der anderen Seite” (Di Seberang), digambarkannya kisah enam orang di Jerman dan di Turki yang nasibnya saling bertautan. Juri Hadiah Film Jerman memberi empat penghargaan sekaligus untuk karya itu. Dengan “Soul Kitchen” (2009), Akin mengungkapkan apresiasinya untuk kota Hamburg, kali ini dalam bentuk komedi.
Film-film Jerman berhasil, karena ceritanya yang bersifat nasional dan penggarapan sinematografis dari cerita itu mem¬bahas tema universal. Namun materi yang diolah oleh para pembuat film, mereka angkat dari perkembangan dan perubahan di negara sendiri dan di jalan hidup masing-masing.
Kebudayaan dalam Dunia Seni Rupa – Tempat untuk Gagasan Baru
Sejak tahun 1990-an, seni lukis dan fotografi dari Jerman meraih sukses besar di dunia internasional. Apa yang disebut “keajaiban lukisan baru Jerman” dikenal di luar negeri sebagai “Young German Artists”. Para seniman berasal dari Leipzig, Berlin atau Dresden. Neo Rauch adalah wakil paling tenar dari “Mazhab Leipzig Baru”. Gaya mazhab tersebut ditandai oleh realisme baru yang berkembang – bebas ideologi – dari “Mazhab Leipzig” lama, yang termasuk lingkup seni rupa bekas RDJ. Lukisannya sering memperlihatkan orang-orang pucat yang seolah-olah menunggu sesuatu yang tak tentu. Motif itu dapat ditafsirkan sebagai pantulan keadaan di Jerman pada awal milenium baru. Apa yang disebut “Dresden Pop”, di antaranya Thomas Scheibitz, memetik unsur dari iklan dan dari estetika video dan televisi sambil bermain dengan estetika swakaji mengenai sini dan kini. Kebanyakan seniman generasi menengah menganggap pembahasan kritis mengenai nasionalsosialisme, seperti yang ditemukan dalam kar¬ya Hans Haacke, Anselm Kiefer dan Joseph Beuys, sebagai urusan masa lampau. Sebaliknya yang tampak di kalang¬an perupa ialah “kebatinan baru” serta penggarapan bidang-bidang pengalaman yang saling berbenturan: Karya-karya Jonathan Meese dan André Butzer mencerminkan depresi dan fenomena-fenomena obsesi; kedua perupa itu dianggap sebagai wakil “realisme neurotik”. Dengan karyanya “Mental Maps”, Franz Ackermann menggambarkan dunia sebagai desa global dan memperlihatkan musibah yang berlangsung di balik layar. Tino Sehgal menghasil¬kan karya seni yang eksistensinya terbatas pada waktu “performance”-nya dan yang tidak boleh direkam; ia mencari bentuk produksi dan bentuk komunikasi di luar batas ekonomi pasaran.
Besarnya perhatian kepada seni rupa di Jerman tercermin pula dalam pameran documenta yang diseleng¬garakan lima tahun sekali di Kassel sebagai pameran seni rupa aktual yang terkemuka di dunia; documenta 13 akan dibuka pada tanggal 9 Juni 2012. Berbeda dengan seni rupa – yang arti pentingnya digarisbawahi oleh pendirian sejumlah museum swasta baru – seni fotografi harus berjuang lama sampai diakui sebagai bentuk seni yang mandiri. Sebagai pelopor pada tahun 1970-an dikenal Katharina Sieverding dengan rangkaian potret dirinya yang menelusuri batas antara individu dan masyarakat. Terobosan terjadi pada tahun 1990-an dengan sukses yang diraih tiga murid dari Bernd dan Hilla Becher, pasangan suami istri fotografer: Dalam karya foto mereka, Thomas Struth, Andreas Gursky dan Thomas Ruff menimbulkan realitas mengilap yang me¬nyembunyikan sesuatu. Pengaruh kelompok ini terhadap corak fotografi internasional begitu besar sehingga mereka dinamakan “Struffsky” saja.
Dengan adanya internet, perbatasan antara berbagai jenis media, antara komunikasi yang melembaga dan yang informal, tidak tegas lagi. Hal itu berarti juga kaburnya perbatasan antara komunikasi individual dan komunikasi massa, artinya antara komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan komunikasi yang ditujukan kepada semua orang. Pada waktu yang sama hasil karya wartawan profesional disertai dengan sumber awam – termasuk di media cetak: ada tulisan “reporter pembaca”, foto yang diambil dengan kamera digital atau ponsel yang ada di mana-mana, dan karangan opini dari pengguna internet yang berminat. Dilihat dari sudut itu, jurnalisme kontemporer bersifat terpadu dan interaktif dalam berbagai segi.
Memang produk-produk pers dan media penyiaran tradisional yang diolah secara profesional, biarpun berbentuk baru, tetap memegang peranan sentral pada isi media. Akan tetapi semakin banyak orang, terutama generasi muda, menganggap web sosial alias “community” lebih dapat dipercaya dan lebih atraktif. Di antara media web yang paling sukses termasuk jejaring-jejaring komunitas berbahasa Jerman Facebook, MySpace, StudiVZ dan SchülerVZ. Bersama dengan blog dan platform mikroblogging seperti Twitter, jejaring tersebut membentuk khalayak ramai digital yang tumbuh dengan pesat dan yang semakin berperan aktif dalam pembentukan pendapat umum.
Keanekaragaman media massa masih tetap tercermin dalam badan-badan penyiaran radio dan televisi tradisional. Awal mulanya pada tahun 1920-an (radio) dan 1950-an (televisi) sebagai programa yang disiarkan oleh badan publik. Mulai akhir tahun 1980-an spektrum itu diperluas dengan berkembangnya sistem ganda yang mencakup badan penyiaran publik dan badan pe¬nyiaran swasta. Sekarang terjadi persaingan antara kurang lebih 430 badan penyiaran radio yang umumnya bersifat lokal atau regional.
Televisi di Jerman dapat dibedakan menurut wilayah jangkauan, supraregional atau regional, dan menurut jenis tayangan, programa lengkap atau programa spesifik. Bila dibandingkan dengan pertelevisian di Eropa dan di bagian dunia lain, Jerman memiliki beberapa di antara badan penyiaran terbesar, baik yang publik, dibiayai oleh iuran, (ARD dan ZDF) maupun televisi swasta yang gratis (RTL, SAT.1, ProSieben) serta teve swasta langganan, sky. Programa-programa lengkap menayangkan seluruh rangkaian isi dari genre yang ada, dari siaran berita, film, serial dan show hingga olahraga. Programa spesifik dibedakan menurut saluran berita (n-tv, N24), musik (VIVA, MTV) dan olahraga (DSF). Tergantung dari modus teknik (terestris, satelit, kabel, pita lebar, mobil) dan dari jenis sinyal (analog atau digital), pemirsa dapat menerima sampai ratusan programa berbahasa Jerman dan siaran internasional, seperti CNN, BBC atau TV5, di samping itu lebih dari 20 siaran nasional dari badan penyiaran publik. Programa televisi tersebut mencakup kedua saluran nasional utama, ARD dan ZDF, serta sejumlah programa yang diproduksi secara regional, tetapi disiarkan di seluruh Jerman, seperti WDR, MDR dan BR. Di samping itu ada televisi khusus, seperti saluran dokumentasi Phoenix, atau kanal KIKA khusus untuk anak-anak. Pilihan siaran itu diperluas lagi dengan adanya tiga badan penyiaran internasional, yaitu Deutsche Welle (DW-TV), stasiun Jerman yang melayani pemirsa di luar negeri, saluran Jerman-Perancis arte, dan saluran budaya Jerman-Austria-Swis 3sat.
Di samping tugas menjamin pelayanan informasi pokok serta spesifikasi acara siaran yang ditentukan oleh undang-undang, badan penyiaran publik mempunyai kewajiban penting lain, yaitu memelihara ketaktergantungan di bidang politik dan ekonomi. Kegiatan badan penyiaran tersebut dalam menyertai programa dengan tayangan di internet cukup menarik juga. Namun di sini selalu dapat timbul konflik dengan televisi swasta yang khawatir akan adanya persaingan tak seimbang, kalau pengaruh “badan bersubsidi” di pasaran menjadi terlalu kuat. Tekanan bagi badan penyiaran publik bertambah lagi oleh ke¬nyataan bahwa jumlah orang muda yang menonton acaranya terus menyusut. Biarpun sikap pengguna dipengaruhi, untuk sebagian secara kuat, oleh internet dan komunikasi mobil: Rang¬kaian media tradisional di Jerman masih tetap tergolong yang paling beraneka ragam dan kaya akan faset. Bebas dan pluralistis, menjaga mutu dan menghibur, berorientasi nasional dan internasional.
Sumber : Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar